Sabtu, 12 November 2011

Sejarah Desa Samsam






ARTI LAMBANG DESA SAMSAM


               Gambar lambang berbentuk segi lima sama sisi yang berisikan beberapa gambar yang  disusun sedemikian rupa sehingga mengandung suatu makna tertentu yang khusus menyangkut tentang pri kehidupan yang ada di Desa Samsam.

a. Gambar bentuk   segi  lima  merupakan   dasar / wadah    yang   mencerminkan Pancasila.

b.Gambar keseluruhan tampak seperti sebuah sesajen yang diapit dua buah      gambar Padi dan Kapas yang melingkar menjadi satu. Padi dan kapas pada pangkalnya diikat menjadi 6 kaitan atau bundaran yang mencerminkan bahwa Desa Samsam terdiri dari enam Banjar Dinas.


   Gambar detailnya adalah sebagai berikut :       

1.      Padi dan Kapas yang melambangkan sila kelima dari pada Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
                 
                  2.   Tulisan ”Satya Mukhyaning Dharma” mempunyai arti Kejujuran adalah                                          puncak kebenaran. Sebab sesuatu perbuatan kejujuran itulah yang                                                                merupakan yang paling benar.                    
                        Itulah pedoman kerja atau perbuatan aparat Desa dan masyarakat Desa                                              Samsam.
                 
                  3.  Gambar Kendi : Kendi berisikan beras, bunga, dan air suci yang diapit oleh                                    dua buah bentuk apit surang, yang masing – masing mempunyai arti :
                 
                  4.   Beras, bunga, air suci : Beras kuning berisi air suci adalah bija/wija,                       bunga adalah sari menyatu menjadi Wijasari yang berarti Samsam.                
Inilah asal nama Desa Samsam.         



               Gambar apit surang adalah merupakan salah satu ciri khas Budaya Bali, yang mana Bali dijuluki dengan Pulau Seribu Pura yang sarat akan Budaya dan Adat istiadanya telah tertanam sejak dari jaman dahulu dan telah mengakar pada diri Masyarakatnya.


SEJARAH SINGKAT DESA SAMSAM

                        Tersebutlah dalam lontar ``Prasasti Sukahet `` dimulai dari perang Gelgel sejak Pemerintahan Yang Mulia Dalem Dimadia yang berhasil dipukul oleh I Gusti Widia alias Arya Batan Jeruk.
.
                        Sejak kekalahan Yang Mulia Dalem Dimadia, timbulah kegelisahan diantara putra – putra raja yang masih hidup. Putra-putra raja ini lalu menyusun kekuatan kembali yang dipimpin oleh seorang kesatria yang bernama Dewa Agung Putra dengan pengikut-pengikutnya antara lain I Dewa Sumerta, Ki Pasek Kacang Dawa serta seluruh rakyat Sweca Pura. Setelah menyusun strategi peperangan, maka mulailah Dewa Agung Putra memukul Gelgel yang telah dikuasai oleh Arya Batan Jeruk. Peperangan yang dahsyat ini dimenangkan oleh Dewa Agung Putra yang kemudian langsung memerintah Gelgel dengan gelar Dalem Jambe.

                        Diceritakan sekembalinya dari medan perang dengan hasil kemenangan yang gemilang, maka salah seorang pengikut Dalem yaitu I Dewa Sumerta sangat kaget melihat putranya dalam keadaan tenang, malahan sedang bercumbu dengan kekasihnya serta tidak ikut berperang. Maka murkalah I Dewa Sumerta kepada putranya yang bernama I Dewa Gede Kesa mau dibunuhnya. Dalam keadaan sengat kritis tersebut, datanglah Ki Pasek Kacang Dawa serta segera melaporkan hal tersebut kepada Raja. Maka Raja meminta kepada I Dewa Sumertaagar anaknya I Dewa Gede Kesa dipindahkan ke Tabanan dengan iringan 20 (dua puluh) panjak yang terdiri dari panjak Ki Pasek Kacang Dawa. Perpindahan ini diterima oleh Raja Tabanan  di Banjar Tegal(Tabanan). Setelah lama berdomisili di Banjar Tegal, I Dewa Gede Kesa sudah berkeluarga dan mempunyai putra, pengabdian kepada  Raja Tabanan semakin bijaksana karena semakin hari kedewasaan, kecerdasan serta kealiman beliau dalam melaksanakan tugas.

                        Dalam keadaan seperti itu, ada seorang ada seorang Patih Raja Tabanan yang bernama Arya Telabah merasa iri, lalu segera melapor kepada Raja Tabanan serta mengusulkan Putra-Putra Kesatrya ini segera dipindahkan. Tanpa pikir panjang lagi Raja Tabanan menyetujui usul Ki Patih yang mendapat kepercayaan penuh ini. Oleh Raja, Putra Kesatrya ini maunya dipindahkan kedaerah sebelah utara dengan maksud menjadi Tabeng Wijang (benteng) akan tetapi patih yang lain tidak menyetujui, dengan alasan Kesatrya ini akan mudah mencari bantuan ke Klungkung, maka diputuskanlah  untuk dipindahkan ke sebelah barat kota.

                        Dalam perjalanan para Kesatrya yang diikuti oleh para abdi, ditemuilah sebuah tempat yang mengepulkan asap dari dalam tanah ( lokasinya di Pura Sada ) tempat ini dianggap sangat utama, maka ditetapkanlah untuk berdomisili di tempat ini, yang bernama hutan Metya atau hutan Ustra. Lama-kelamaan terbentuklah sebuah desa yang berlokasi di sebelah barat sungai Yeh Enu. Dikala sedang giat-giatnya para penghuni memperbaiki kebun dan ladangnya di sela dengan megecel ayam pada waktu istirahat sebagai tradisi waktu itu, maka datanglah seorang Pendeta dari arah barat. Sesampainya di tempat ini ( hutan Ustra ) Pendeta tersebut menaburkan bunga ( sari ) dan beras kuning ( wija ). Wija dan Sari ini tidak lain adalah Samsam, yang disertai dengan Puja Pangastuti Om, Swasti Astu, mak mulai saat Wijasari atau Samsam itu ditaburkan, oleh para leluhur tempat atau desa ini dinamai Desa Samsam.

                        Raja Tabanan Cokorda Ngeluwur adalah seorang raja yang alim dan bijaksana, beliau sering turun / berkunjung ke kampung serta sambil memeriksa keadaan. Pada saat beliau berkunjung ke kampung – kampung sebelah barat yang bergunung – gunung dan berlembah curam beliau sering mandeg/beristirahat. Di dataran sebelah barat sungai Yeh Enu beliau mengadakan persalinan/pergantian juru sunggi ( pengusung ) untuk melanjutkan perjalanan beliau ke kampung lain. Terkenallah tempat ini bernama Pesalinan yang lama kelamaan disebut Penyalin.

               Sementara itu dikisahkan panjak – panjak ( rakyat ) Raja dari Wongaya yang dipimpin oleh I Gede Jagra hendak menghadap Raja Tabanan, tersesat di sebuah hutan Kutuh ( Kapuk ) disebelah barat Tabanan, setelah lama beristirahat disana sambil mengingat ngingat jalan yang menuju Tabanan. Akhirnya jalan yang menuju Kerajaan Tabanan itu ditemukan. Akan tetapi setelah tugas mereka selesai, mereka tidak kembali lagi ke Wongaya namun mereka tertarik untuk menetap di hutan Kutuh ( Kapuk ) yang sangat subur sekali.

               Merekapun mendirikan pondok – pondok dibawah naungan pohon kutuh, lama kelamaan pondok- pondok tersebut berkembang menjadi suatu Banjar Kutuh. Segala kebutuhan masyarakat dibangun antara lain : rumah, sawah, kebun serta tempat persembahyangan sehingga Banjar Kutuh semakin lama semakin maju.

               Suatu ketika Banjar Kutuh ditimpas malapetaka, berjuta – juta semut menyerang penduduk, rumah – rumah mereka diserbu, banyak ternak menjadi korban. Segala usaha telah dijalankan akhirnya semua sia – sia.

               Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke sebelah barat agak keselatan  (sebelah barat daya ). Oleh karena Banjar Kutuh dipisahkan oleh bengang ( tanah kosong tiada pondokan ) maka disebutlah Banjar Kutuh Kaja dibagian utara dan Banjar Kutuh Kelod di bagian selatan.

               Di sebelah barat Samsam terdapat pula beberapa Pondokan yang dihuni tiga keluarga yaitu :
               1.Keluarga I Dewa Sembung
               2.Keluarga I Dewa Negara
               3.Keluarga I Dewa Bakungan

Tempat pondokan ini mereka sebut Pelem Bajang, karena mereka ini berasal dari Pelem sebuah Banjaran yang terletak di Barat Laut pondokan ini. Disebut Pelem Bajang lama kelamaan terkenal dengan nama Lumajang.

              Pada tahun 1854 Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Peraturan Perundangan tentang Desa, yaitu Pasal 71 Regeeringsleglement, dengan tujuan agar Pemerintah Hindia Belanda lebih mudah menjalankan Pemerintahannya. Maka dibentuklah Pemerintahan Desa oleh Hindia Belanda dengan mengangkat Pemimpin Adat (Bandesa Adat kalau di Bali) saat itu secara langsung dijadikan Bandesa. Pada tahun 1935 barulah Desa Adat dan Desa Dinas dipimpin oleh masing-masing oleh Bandesa Adat dan Bandesa (sekarang disebut dengan Kepala Desa / Perbekel).

                  Pada jaman penjajahan Belanda Banjar – banjar ini yaitu : Banjar Samsam, Penyalin, Kutuh Kelod, Kutuh Kaja dan Lumajang dibentuk menjadi satu Desa yang dikepalai oleh seorang Bendesa yang berkedudukan di Samsam.
              
Adapun Bendesa  yang pernah memimpin Desa Samsam adalah sebagai berikut :
               1. I Dewa Nyoman Perte menjabat sampai tahun 1925.
               2. I Dewa Made Tama menjabat dari tahun 1925 sampai dengan tahun 1935
               3. I Dewa Kt.Tegeg menjabat dari tahun 1935 sampai dengan tahun 1967.
               4. I Dewa Md.Sedeng menjabat dari tahun 1967 sampai dengan tahun 1975.
               5. I Dewa Md.Pegeg menjabat dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1983. 

Dimasa pemerintahan I Dewa Made Pegeg kantor Bendesa Samsam dipindahkan ke Banjar Penyalin.

Desa Samsam terdiri dari 6 (enam) Banjar Dinas yang di Kepalai oleh Kelian Banjar Dinas. Adapun Nama Banjar Dinas tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Banjar Dinas Samsam I - Kelihan Banjar Dinasnya I Ketut Cekug
2.      Banjar Dinas Samsam II - Kelihan Banjar Dinasnya I Made Suandi
3.      Banjar Dinas Lumajang - Kelihan Banjar Dinasnya I Dewa Ketut Murjana
4.      Banjar Dinas Penyalin - Kelihan Banjar Dinasnya I Gusti Putu Cekug
5.      Banjar Dinas Kutuh Kelod - Kelihan Banjar Dinasnya I Wayan Suwija
6.      Banjar Dinas Kutuh Kaja - Kelihan Banjar Dinasnya I Gusti Komang Dana

Pada tahun 1983 Kebendesaan Samsam diganti statusnya menjadi Kelurahan yang dikepalai oleh seorang Lurah. Adapun yang pernah menjabat sebagai Lurah adalah sebagai berikut :

               1. I Dewa Ny.Setanu menjabat dari tahun 1983 sampai dengan th.1990.
               2. I Gede Jagrem menjabat dari tahun 1990 sampai dengan 1994.
               3. I Wayan Suprabawa menjabat dari tahun 1994 sampai 2001.

Dimasa pemerintahan I Wayan Suprabawa status Kelurahan dirubah menjadi Desa pada tanggal 7 Agustus 2001 Perda No.20 Tahun 2001. Dan I Wayan Suprabawa masih tetap dipercaya sebagai Pejabat Sementara Kepala Desa Samsam, sampai terpilih Kepala Desa Samsam yang difinitip.
              
               Pada tanggal 4 Agustus 2002 diadakan Pemilihan Kepala Desa Samsam Secara langsung dan terpilihlah :   DRS. I DEWA MADE SATRIA WEDANA dengan masa Jabatan 2002-2007. 


Pada tanggal 16 September 2007 kembali diadakan  Pemilihan Kepala Desa Samsam karena masa Jabatan Kepala Desa / Perbekel telah habis dan terpilihlah I DEWA KETUT ARI WIBAWA yang berasal dari Banjar Dinas Samsam I dan  berdasarkan Keputusan Badan Perwakilan Desa Samsam SK.Nomor 477 Tahun 2007, tentang Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih dalam Pemilihan Kepala Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan , Kabupaten Tabanan  dan Ditetapkan dengan Keputusan Bupati Tabanan Nomor 447 Tahun 2007 Tertanggal 10 Oktober 2007. Dan Dilantik oleh Bapak Bupati Tabanan yang bertempat di  Kantor Bupati Tabanan pada hari Kamis, 22 Nopember 2007.

Pada tanggal 26 Oktober 2019, diadakan Pemilihan Kepala Desa Samsam karena masa Jabatan Perbekel lama telah habis dan terpilihlah I Dewa Made Sukma Medya, S.sos yang berasal dari Banjar Dinas Samsam II dengan masa jabatan 2019-2025 dan dilantik oleh Ibu Bupati Tabanan yang bertempat di Gedung Maria Tabanan pada hari Selasa, 24 Desember 2019.

Setelah turunnya Undang-undang nomor 3 tahun 2024 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa, maka Kepala desa/perbekel dan Badan Permusyawaratan Desa yang semula 6 tahun kini menjadi 8 tahun dan mereka dapat dipilih paling banyak 2 kali. Jadi masa Jabatan Perbekel Desa Samsam I Dewa Made Sukma Medya,S.Sos, sampai tahun 2027.

                 
Desa Samsam juga didukung oleh 5 (lima) Desa Adat / Desa Pekraman yaitu :

1.      Desa Adat Lumajang
2.      Desa Adat Samsam
3.      Desa Adat Penyalin
4.      Desa Adat Kutuh Kelod
5.      Desa Adat Kutuh Kaja.



GAMBARAN UMUM DESA SAMSAM


Keadaan Umum Pemerintah Desa Samsam, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah 373 Ha Ketinggian tanah dari permukaan laut 250 m, Curah Hujan 21.605 cm/thn yang peruntukannya:
a.       Jalan                                        : 9.00 Km
b.      Sawah dan Ladang                 : 319,47 Ha
c.       Bangunan Umum                    : 1.30 Ha
d.      Pemukiman / Perumahan         : 35.00 Ha
e.       Jalur Hijau                               : -
f.       Pekuburan                               : 2,50 Ha
g.      Lain-lain                                  : 5,73 Ha

Dan dengan jumlah Penduduk   3120    jiwa.
                        Laki-laki                                  : 1510 Jiwa
                        Perempuan                              : 1610 Jiwa
                        Jumlah KK                              :   857 Kepala Keluarga

Adapun Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian adalah sebagai berikut :
                        - Pegawai Negeri Sipil            : 400 orang
                        - ABRI                                                :   20 orang
                        - Pegawai Swasta                    : 650 orang
                        - Pedagang                              : 200 orang
                        - Petani                                    : 250 orang
                        - Pertukangan                          :   50 orang
                        - Buruh Tani                            :   25 orang
                        - Pensiunan                              :   95 orang
                        - Nelayan                                 : -
                        - Pemulung                              :     1 orang
                        - Jasa                                       :   10 orang

Dan batas-batas wilayah Desa Samsam adalah sebagai berikut :
                        Utara                                       : Desa Batuaji
                        Selatan                                    : Desa Pangkung Karung
                        Timur                                      : Sungai Yeh Enu
                        Barat                                       : Sungai Yeh Abe

Orbitasi Desa yakni dari Pusat Pemerintahan Desa dapat diketahui sebagai berikut :
                        - Kantor Kecamatan                :  3 Km.
                        - Kota Kabupaten                   :  3 Km.
                        - Kota Administratif               : 25 Km.
                        - Kota Propinsi                        : 25 Km.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar